Banjir di Desa Winangun Ancam Ketahanan Pangan Warga

RILIS MEDIA

Buol, 26 Juni 2025

Banjir kembali melanda wilayah Kabupaten Buol. Kali ini, banjir terjadi di Desa Winangun, Kecamatan Bukal, Provinsi Sulawesi Tengah. Peristiwa terjadi sekitar pukul 15.30 WITA setelah hujan lebat turun selama kurang dari satu jam. Air bah tiba-tiba datang dan mengagetkan warga karena mengalir deras dari arah perkebunan sawit menuju permukiman dan lahan pertanian.

Sedikitnya empat rumah warga terendam hingga setinggi jendela, memaksa penghuni mengungsi ke rumah tetangga dan segera memindahkan perabotan rumah tangga mereka untuk diselamatkan. Tak hanya itu, sawah seluas kurang lebih 38 hektar milik warga Dusun I (Blok A) juga ikut terendam. Sawah ini baru saja ditanami padi berusia sekitar tiga minggu dan kini terancam gagal panen jika banjir terus berulang.

Menurut keterangan warga, penyebab utama banjir adalah derasnya aliran air dari areal perkebunan sawit yang tidak tertahan dan langsung mengarah ke pemukiman dan sawah. Kondisi diperparah oleh pendangkalan dan buruknya sistem drainase, serta tersumbatnya gorong-gorong di jembatan utama akibat kerusakan yang tidak kunjung diperbaiki. Jembatan tersebut setiap hari dilintasi oleh truk-truk pengangkut Tandan Buah Segar (TBS) sawit, namun hingga kini belum ada tindakan nyata untuk memperbaikinya.

Warga mengaku telah berulang kali menyampaikan keluhan kepada pihak desa, bahkan sempat melarang truk sawit melintas demi mendesak perbaikan jembatan, namun belum ada hasil yang memadai.

Ketua Jaga Deca, Fatrisi, menyampaikan keprihatinannya terhadap banjir yang menimpa Desa Winangun. Ia menegaskan bahwa pertanian padi di Dusun I memiliki nilai strategis, tidak hanya sebagai sumber pangan warga tetapi juga karena sistem budidaya yang diterapkan adalah pertanian bebas pestisida—sebuah praktik pertanian pangan berkelanjutan yang patut dipertahankan.

“Tantangan para petani sangat berat karena sawah mereka dikepung oleh kebun sawit. Kita tahu karakteristik sawit yang rakus menyerap air, tapi di saat yang sama tidak mampu menahan limpasan air. Ini membuat wilayah ini rawan banjir,” ungkap Fatrisi.

Fatrisi mendesak agar pemerintah desa hingga kabupaten segera melakukan normalisasi saluran air dan perbaikan infrastruktur. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan dinas terkait agar permasalahan ini mendapat penanganan cepat.

“Kalau terus dibiarkan, petani bisa kehilangan hasil panen dan akhirnya mengalihkan fungsi lahan ke tanaman sawit. Ini sudah mulai terjadi di beberapa tempat, dan sangat mengancam keberlanjutan pertanian pangan lokal,” pungkasnya.

Rilis ini menjadi seruan kepada seluruh pihak, terutama pemerintah daerah, untuk mengambil langkah nyata menyelamatkan pertanian dan kehidupan warga Desa Winangun.